Sabtu, 16 Desember 2017

Taring Tak Terlihat

Oleh Azizah Noor Qolam

Senyum itu mempunyai arti tersendiri
Seringai yang tak terbaca
Topeng yang tak terungkapan
Ucapan Manis yang berbalut madu
Tak satu pun
Dibalik semua mengetahui
Rahasia Tuhan-lah yang bicara
Akan sesuatu dibalik semua itu
Kubaca bait demi bait
Syair yang menggugah hati
Perlahan ku sibak 
Rahasia yang ada dibalik 
Topeng berbalutkan senyum itu
Taring itu muncul 
Haus akan sebuah 

Senin, 20 November 2017

Jangan Remehkan Aku

Oleh Azizah Noor Qolam


            Ponsel di saku celana, tiba-tiba bergetar. Aku merogohnya, kemudian melihat siapa yang menghubungiku. Ternyata ada pesan bbm masuk. Ada undangan dari seorang yang tidak dikenal.
“Ona? Siapa? Ah biarin aja! Mungkin orang iseng,” Aku tak menghiraukannya.
Tak selang beberapa lama, ada pesan masuk. Dari Ibu Kiki.
Lis, tidak apa-apa, kalau saya menanyakan sesuatu yang pribadi?
Seketika kakiku gemetar. Bahkan jantung pun semakin berdetak dengan cepat. Ada perasaan aneh yang menyelinap masuk ke dalam relung hati. Ada apa ini sebenarnya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Jariku mulai mengetik pesan balasan.
Oh, mau tanya masalah apa, Bu?
Send.
Ini ada yang mau kenalan sama kamu. Boleh? Bu Kiki membalas pesan bbmku.
Boleh? Siapa, Bu?
Itu saudaranya  Eva. Lis, boleh add fb Ona Twins.
Belum sempat aku membalas pesan. Tiba-tiba Eva menelpon melalui bbm. Kuangkat. Dari serbang sana terdengar suara cerewetnya. Tanpa basa-basi, dia menyururuhku untuk menerima undangan Ona di bbm. Setelah itu dia menutup telponnya.
Keadaan ini membuat aku bingung sekaligus heran. Ada apa ini sebenarnya? Apa yang sedang mereka rencanakan. Apakah ini suatu kebetulan? Dari kemarin Eva selalu menghubungiku. Entah itu nelpon, ngirim pesan lewat bbm, atau inbox di fb. Dan sekarang Eva dan Bu Kiki begitu kompak menjodohkan aku dengan pria bernama Ona.
Karena pikiran diliputi berbagai tanda tanya. Aku lupa tidak membalas bbm Bu Kiki. Lalu menerima undangan Ona. Setelah berteman. Dia mengirim pesan padaku. Meski belum kenal.  Perkenalan aku dengan pria itu pun berlanjut.
***
Aku menatap diriku di depan cermin. Secepat inikah Tuhan mengirimkan jodoh untukku? Apa ini merupakan ujian dari-Nya? Untuk membuktikan sebesar apa cintaku pada Sang Pencipta Jagad Raya. Tak sangka pria itu memiliki niatan mulia. Dia ingin membina rumah tangga, membangun sebuah keluarga dalam ikatan yang di ridhoi oleh Allah. Seketika berkelebatlah bayangan-bayangan menyesakkan dada. Bagaimana harus kujelaskan semua rasa ini? Sebuah rasa trauma dan takut akan kegagalan yang akan berulang kembali. Sudah cukup aku merasakan sakit dan menderita selama ini. Dan kini aku ingin bahagia dan tersenyum.
Namun ketika aku ingin memulainya kembali. Lagi-lagi kenangan itu menyeretku pada luka yang tidak bertepi. Sedalam apapun memori itu dikubur, tetap saja suatu saat orang-orang dari masa lalu akan bermunculan kembali, sebagai ujian hidup. Mungkin saat itu aku tak bisa menghindar. Maka dari itu, keberanian harus mulai dipupuk dari sekarang.
Awal perkenalan, rasa itu memang ada. Jujur, aku bahagia ada yang datang mengetuk pintu rumah dengan niatan mulia. Yang menganggu pikiran saat ini, apakah setelah dia mengetahui masa laluku? Dia masih mau mengenalku. Aku tak mungkin menyembunyikan semua ini darinya. Ia berhak tau kenyataan sebenarnya. Bahwa diriku pernah melakukan sebuah kesalahan fatal.
Air mata mengalir deras, tak bisa dibendung. Menyesali semua kebodohan dan kealfaan saat itu. Aku harus mengatakan kebenaran ini. Sebelum semua terlambat dan menghancurkan sebuah kepercayaan. Aku menghapus air mata dengan telapak tangan. Perlahan dua bola mataku menatap ke sekitar kasur. Mencari ponsel.
Ponsel cantik ber-casing warna ungu, tergeletak di dekat bantal. Lalu aku mengambilnya. Langsung membuka aplikasi bbm. Ternyata ada beberapa pesan bbm masuk. Salah satunya pesan dari Ona.
Assalamu’alaikum Neng, maaf baru bisa ngasih kabar! Kebetulan tadi Kakak Ke Bandung dulu.
Aku tersenyum membaca pesan dari Ona. Neng, itulah panggilan yang dia berikan padaku. Karena usia diantara kami hanya terpaut delapan paut. Ia lebih tua dariku. Mudah-mudahan ini adalah waktu terbaik untuk menjelaskan semuanya. Dengan jari gemetar, aku mulai mengetik pesan balasan.
Wa’alaikum salam, oh...nggak apa-apa, Kak. Hmmm, bolehkah Neng menanyakan sesuatu?”
Send.
Tring. Pesan bbm masuk.
Mau tanya apa?
Apa yang Kakak tau tentang diriku?
Dadaku mulai sesak. Ya Allah, semoga Kau memilihkan jalan terbaik untukku.
***
Sebuah ketukan terdengar, aku langsung berlari ke toko. Di sana sudah ada dua orang pembeli. Bibirku menyunggingkan senyum termanis.
“Mau beli apa?” tanyaku.
“Neng Ica lagi di sini?” tanya salah satu pembeli yang aku kenal. Dia bernama Nurhasanah.
Aku hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah kata pun.
“Sudah punya?” tanyanya lagi.
“Belum.” Ujarku singkat. Sambil menyembunyikan raut wajah sedih.
Kata-kata itu bagai pisau mengiris-ngiris hati. Sakit, perih, dan pedih sekali terasa. Mereka tak pernah tahu apa yang sudah terjadi padaku. Sebagian orang sudah mengetahui kisah targis hidupku. Terkadang kata ejekan dan picingan mata sinis terus menerjang, menambah luka di dalam lubuk hati.
 “Ih, cantik-cantik kok kayak gitu,”
“Nggak nyangka, ya! Dia kayak gitu,”
            Suara-suara ejekan itu, terus masuk ke gendang telinga. Aku hanya bisa mengelus dada. Sesak sudah pasti. Aneh, seenaknya saja mereka mengujami caci maki padaku. Seolah mereka tahu segala apa yang aku alami. Bukankah manusia adalah tempat segala dosa? Tapi kenapa mereka menghujatku terus menerus? Bagai malaikat yang tak pernah melakukan dosa sama sekali. Dengan sekuat tenaga, aku menulikan telinga.
Jungkir balik terus berusaha untuk bangkit dan melupakan semua masa-masa pahit itu. Aku berhak untuk merasakan kebahagiaan dan pantas untuk merasakan ketenangan. Allah tak pernah memilah dan memilih ummat-Nya. Pintu pengampunan-Nya selalu terbuka untuk siapa pun yang bertaubat dengan tulus atas dosa-dosa mereka selama ini. termasuk diriku. Setiap malam, sujud, doa, dan air mataku tak pernah absen.
Dia ..., hanya Dia yang selalu ada untukku. tak pernah meninggalkanku walaupun sedetikpun.  Maka tak salah jika Dia memiliki sifat berbeda dengan makhluknya.
Satu tahun ke belakang, kisah pahit itu di mulai. Kenyataan yang jauh dari bayanganku sama sekali. Belum sempat mengenyam manisnya hidup berumah tangga. Aku malah harus menelan pil pahit dengan berakhirnya hubungan itu. Sakit sudah pasti. Wanita mana di dunia ini yang ingin mengalami hal seperti ini. Aku rasa tidak ada. Apalagi biduk rumah tangga yang kujalani baru sepuluh bulan.
Aku mengugat cerai Dudi. Selama sepuluh bulan, kebohongan dan pengkhianatannya selama ini, terbongkar sudah. Lidah manis itu kini terasa pahit di telinga. Muak aku melihat wajah dengan guratan penuh kepedulian. Semua itu ternyata hanyalah topeng yang ia gunakan untuk menutupi semua kebenaran. Hampir saja aku kehilangan akal. Kalau saja Allah tidak ada di dalam hatiku. Kalau saja aku tidak ingat pada Sang Pencipta Hati. Mungkin akan menjadi orang tak waras alias gila.
Tidak sampai di situ kesalahannya, masih banyak hal-hal yang tak terduga. Hutangnya dimana-mana. Wanita mana yang kuat, baru pertama menikah, disuguhi dengan berbagai persoalan hidup seperti itu. Aku tak sanggup melawan kata hati yang bertolak belakang dengan tindakan.
Dan pengadilan pun memutuskan aku dan dia resmi berpisah pada bulan Februari 2015. Sungguh berat, menyandang status sebagai JANDA. Apalagi usiaku masih muda dan perjalanan hidupku masih panjang. Saat inilah ujian itu datang menghampiri. Ketika ada seorang pria mengetuk pintu berniat memperistriku. Kenyataan pahit itu pun harus terkuak.
***
“Kakak tau statusku sekarang,” aku mulai menceritakan semuanya pada Ona dan Eva,” aku sudah pernah menikah. Namun harus kandas di tengah jalan.”
“Berapa lama menikahnya?” tanyanya lagi, nada bicaranya terdengar terkejut.
“Sepuluh bulan,”jawabku singkat.
“Tapi kok kamu belum punya anak? Padahalkan sepuluh bulan. Kan wanita hamil itu sembilan bulan?”
Bagaimana aku bisa punya anak? Jika selama berumah tangga, hanya mendapatkan tekanan demi tekanan. Lagi pula aku selalu berdoa dalam setiap sujud pada-Nya, agar tak diberi keturunan. Tak ingin melahirkan anak darinya. Tak ingin pula anak yang terlahir dari rahimku menjadi seorang pendusta agama dan menipu banyak orang. Jelasku dalam hati.
Ona menatapku menanti jawabanku. Aku tak menjawab, hanya tersenyum getir. Ada sebuah goresan melukai ulu hati. Mungkin status ini yang membuat pria berpikir dua kali untuk mempersuntingku.
Aku sudah mengikhlaskan semua pada-Nya. Memang aku pernah melakukan sebuah kesalahan. Tapi takdir Allah pasti yang terbaik. Aku yakin di balik semua peristiwa ada sebuah rencana indah. Tak usah risau dan takut.
Pukul setengah dua siang, toko sudah tutup. Ibu menghampiri kami bertiga dan bergabung.
“Bu, sayang ya! Alis, rumah tangganya cuman sebentar,”Ujarnya memulai pembicaraan. Dilihat dari raut wajah, dia membutuhkan penjelasan dari ibu.
Aku menatap ibu, warna mukanya berubah sedih. Di sudut matanya berair. Hati ini perih. Ibu pasti menderita, ketika ada yang menanyakan tentang masalah kehidupan pernikahanku yang seumur jagung. Ah, andai waktu bisa diulang kembali. Pasti aku tak akan melakukan kesalahan itu. Maafkan aku ibu! Anakmu ini sudah membuat luka dalam hatimu.
“Ya, mungkin sudah takdir Alis seperti ini, Nak! Meski tidak mau, tapi semuanya harus terjadi juga. Manusia hanya bisa berencana. Tapi ketentuan ada di tangan-Nya. Iya kan?” jelas Ibu,“Asep dari mana?”
“Dari Tegal Panjang, Bu.”
“Kerja dimana?” tanya Ibu lagi.
“Kebetulan saya ada kontrak minggu ini selama delapan bulan di pelayaran. Saya cuman lulusan SMA, Bu.” Akunya menjelaskan pendidikan akhirnya.
“Mau lulusan sarjana ataupun SMA sama saja, yang penting kreatif. Kerja apapun nggak apa-apa, asal harta yang didapat halal.”
Obrolan pun berlanjut antara Ibuku dan Ona. Fakta yang aku dapat dari pertemuan ini, ternyata Ona itu kembar. Nama lengkapnya Antona, sedangkan adiknya Antoni. Dia memiliki satu kakak perempuan, sudah menikah. Dia dan saudara kembarnya sama-sama kerja sebagai TKI.
Tak terasa waktu terus bergulir dengan cepat sekali. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Ona dan Eva pun pamit untuk pulang.
“Bu, kami ke sini untuk silaturahmi. Maaf sudah menganggu waktunya! Kami pamit pulang dulu,”Eva beranjak dari tempat duduknya. Begitu pun dengan Ona. Kemudian mereka berdua menyalami ibu, setelah itu aku.
***

Kamis, 03 Agustus 2017

Kupinta Kau pada-Nya

Oleh Azizah Noor Qolam

Waktu berjalan dengan begitu cepatnya
Dan tak mampu untuk kuhentikan barang sekejap
Sepi di peraduam ini seakan terus menemani
Bait-bait permohonan terus kulantunkan

Tak ada satu hari pun aku lewati
Kau, malaikat kecilku
Kau yang slalu kupinta dalam doaku
Dalam sujud-sujud shalatku
Dalam tetes-tetes airmataku

Malaikat kecilku, bunda tak pernah lelah
Meminta kehadiranmu pada-Nya
Sang pemilik Segalanya

Karena kehadiranmu bisa mengurangi rasa takut bunda
Akan membuat senyum terkembang menghiasi bibir ayahmu
Dan mengurangi beban pikiran kami

Karena hadirmu
Mampu membuat hidup bunda dan ayah berarti
Bunda akan terus meminta pada-Nya
Hingga Ia mendengar dan mengizinkan
 kau hadir dalam rahim Bunda
Malaikat kecilku...
Kami menanti hadirmu
Tawamu
Tangismu
Rengekanmu
Tangan mungilmu
Bunda, merindukanmu
Rabbi....
Berilah amanah itu padaku
Sebab kehadirannya
Bisa membuat bahagia kami berdua


Cianjur, 17 Juli 2017

Minggu, 07 Mei 2017

Khadijahmu


Oleh Azizah Noor Qolam
            Sebelum perjumpaan kita berlangsung. Aku selalu berharap, suatu saat nanti ada seseorang yang meminangku dan bisa menerimaku apa adanya. Terutama dengan statusku yang tak satu pun perempuan menginginkannya. Seperti halnya Rasulullah SAW yang menerima Khadijah dengan tulus dan sepenuh hati.
Entah kebetulan atau tidak? Atau mungkin ini semua sudah suratan takdir dari Yang Mahakuasa. Kau datang ditemani tiga sahabatmu untuk menjalin sebuah perkenalan atau sering disebut ta’arufan denganku, yang bertujuan untuk menikahiku. Antara percaya dan tidak percaya. Kau benar-benar datang dan berdiri dihadapanku. Seseorang yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Seseorang yang asing untukku. Kala itu aku tidak ingat akan doaku. Namun ketika aku menyadari kalau nama depanmu adalah Ahmad . Seperti dalam sejarah bahwa Ahmad adalah sebutan untuk Nabi Muhammad SAW. Dari sana aku merasakan, beta kuasa Allah itu besar. Dia benar-benar mendengarkan doaku. Hingga kau datang kembali untuk meminangku. Padahal aku sudah benar-benar pasrah saat itu. Pasrah menerima semua kenyataan yang akan terjadi. Termasuk sebuah penolakan.

Senin, 09 Januari 2017

Mendidik Anak Ala Rasulullah SAW


Oleh Azizah Noor Qolam
(Alisa Septiyani Azizah)
            Ketika gerbang kehidupan rumahtangga mulai terbuka, dan perjalanan pun terus berjalan seiring waktu. Pasti kehadiran sang buah hati akan dinanti-nantikan. Karena anak menjadikan rumah yang tadinya sepi menjadi ramai dengan gelak tawa dan tangisan. Selain itu anak adalah amanah dari-Nya. Semua orang tentu menginginkan putra-putrinya menjadi pribadi yang baik dan shaleh. Namun sayang sekali, di zaman yang semakin canggih ini, moral anak bangsa menjadi kacau, kriminalitas yang dilakukan anak-anak marak terjadi dimana-mana, dan kenakalan remaja semakin merajalela serta tersebarnya video-video porno yang mudah diakses, perhatian orangtua yang kurang, terlalu banyak bermain gadget hingga tidak fokus pada pelajaran. Bahkan anak yang usianya masih dibawah lima tahun sudah mengetahui hal-hal yang seharusnya hanya orang dewasa yang tahu. 
Pertanyaannya bagaimana bisa begitu? Apakah salah orngtua mendidik anak? Atau pertelevisian yang tidak bisa memilah dan memilih tayangan televisi? Jika seorang anak berperilaku kurang baik, pasti yang akan disalahkan adalah kedua orangtuanya. Sebuah peribahasa mengatakan”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” artinya sifat dan perilaku anak tidak jauh dari kelakuan kedua orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan contoh yang baik. Karena sebenarnya sekolah pertama bagi anak adalah keluarga. Bukan sekolah yang hanya beberapa jam saja.
Kita bisa melihat potret-potret orangtua zaman sekarang, mereka terkadang tidak memberikan perhatian yang lebih pada anak-anaknya. Bahkan terkesan cuek dan membebaskan mereka untuk bergaul dengan siapapun tanpa menyelidiki baik dan buruknya, bermain gadget tanpa ada kontrol, dan banyak lagi hal-hal yang bisa merusak karakter anak. Seperti contoh seorang Ibu membiarkan anaknya yang masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini, menggunakan gadget dan bermain sepuasnya, tanpa berpikir dampak yang diakibatkan dengan alat canggih itu. Hanya agar si anak anteng dan tidak menganggu dia bekerja. Dia tidak tahu bahwa seusia anak itu, belum saatnya menggunakan alat-alat seperti itu. Sebab gadget bisa dengan cepat membuat mata rusak, yang diakibatkan dari radiasi cahayanya. Selain itu bisa juga mengakibatkan pola berpikir anak menjadi kasar disebabkan dari aplikasi mainan tersebut.
Anak itu adalah amanat dari Allah SWT yang benar-benar harus kita pelihara dengan baik. Mereka punya hak dan kewajiban juga. Dan orangtua-lah yang harus merawat, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada annak-anaknya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercaya kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Anfaal:27)
Serta sebuah hadist, Nabi SAW bersabda:
Yang artinya: ”Tiadalah seseorang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin lalu ia wafat dan pada saat kematiannya ia menipu rakyat, melainkan  Allah mengharamkan baginya surga.” ( H.R. Bukhari, jilid XII, halaman 122 dan Muslim, hadist no 142)
Dari ayat Al-Quran dan hadist di atas, sudah jelas bahwa anak adalah ttitipan Allah kepada setiap pasangan suami istri. Maka dari itu kita sebagai orangtua jangan sampai salah mendidik anak, dan memberi contoh yang baik juga.
Kita bisa lihat kesalahan-kesalahan yang sering orangtua lakukan dalam mendidik anak di antaranya :
1.      Menumbuhkan pada diri anak rasa kecil hati, takut, gelisah, dan keluh kesah. Sebagaimana yang kita perhatikan terhadap metode kita dalam mendidik, yaitu selalu menakut-nakuti anak apabila ia menangis, dengan harapan supaya ia diam.
2.      Mendidik anak berbicara dengan tanpa dipikir masak-masak terlebih dahulu, kelancangan (lidah) dan merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dengan alasan agar anak menjadi pemberani.
3.      Mendidik anak dengan dimanja dan hidup tanpa aturan, membiasakan anak hidup mewah, congkak, royal, dan bersukaria. Akibatnya anak tumbuh dan terbiasa hidup mewah egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
4.      “Membuka tangan” untuk anak-anak, bahkan  memberikan kepada mereka segala apa yang diinginkan, tanpa dapat menolak sedikit pun. Sebagai contoh ialah menberikan kepada mereka sesuai yang diinginkan manakala mereka terutama anak-anak kecil menangis di hadapan ayahnya. Oleh karena itu, sering terjadi saat anak meminta sesuatu kepada ayah dan ibunya, jika kedua orangtuanya menolak untuk memberikan apa yang diinginkan, mereka akan menangis sampai apa yang diminta itu dapat diperoleh.
5.      Membelikan mobil kepada anak-anak padahal mereka belum cukup umur untuk memiliki kendaraan itu.
6.      Terlalu bersikap kasar dan keras dari yang sewajar-nya. Jika ada sebuah persoalan orangtua terkadang bertengkar dan meluapkan segala emosi di hadapan anak mereka.Sehingga kejadian itu selalu teringat di memorinya.
7.      Terlalu bersikap kikir terhadap anak. Sebagian orangtua ada yang amat kikir terhadap anak-anaknya melebihi dari sewajarnya, yang menyebabkan mereka selalu merasa kurang dan butuh. Bahkan hal ini bisa mendorong anak-anak untuk mencuri atau meminta kepada orang lain.
8.      Hanya memperhatikan aspek penampilan saja. Banyak di antara orangtua beranggapan bahwa pendidikan yang baik adalah yang hanya membatasi pada makanan yang bergizi, minuman yang segar, pakaian yang mewah, pelajaran yang berprestasi, dan penampilan yang baik dihadapan manusia. Tiadak ada sedikitpun keinginan untuk menumbuhkan sikap keagamaan kepada anak.
9.      Membeda-bedakan (tidak berlaku adil) di antara mereka. Ini merupakan salahasatu kesalahan orangtua yang sering terjadi di masyarakat. Terkadang orangtua membeda-bedakan perhatian antara si sulung dan si bungsu. Bisa kita lihat sendiri, orangtua selalu memanjakan si bungsu ketimbang si sulung. Bahkan perlakuan mereka terhadap si sulung lebih banyak dibebani pekerjaan. Dengan alasan dia adalah anak pertama yang suatu saat nanti, akan menjadi tulang punggung keluarga.
Itulah sepuluh kesalahan dalam mendidik anak, yang membuat mereka menjadi berperilaku kurang baik. Sebab mereka berkaca kepada kelakuan kedua orangtuanya. Maka kita sebagai orang tua harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan bersikap. Apalagi jika anak-anak kita masih dalam usia -0-5 tahun. Di usia itu, masa keemasan mereka, apa yang mereka dengar dan lihat akan langsung bisa terserap dan terpatri jelas dalam memorinya. Bahkan sampai mereka besar pun memori itu masih terekam. Misal; ada seorang ayah yang setiap hari memukul istrinya di depan sang anak yang berusia masih dibawah 5 tahun. Alhasil ketika anak itu beranjak dewasa, kejadian itu masih ia ingat dan mungkin dia akan meniru kelakuan ayahnya.

Senin, 26 Desember 2016

Anak




Bab 1
Tentang Anak
A.    Anak dan Kedudukannya dalam padangan Islam
            Dalam sebuah keluarga pasti kehadiran seorang anak akan dinanti-nanti, karena anaklah yang bisa membuat keadaan rumah menjadi ramai dengan tangisan, gelak tawa, dan ocehan-ocehan yang khas. Seorang anak adalah amanah terindah yang Allah SWT berikan kepada sepasang suami istri. Di tangan merekalah seorang anak akan dididik dan diajarkan segala hal, yang baik dan yang buruk.
Anak terlahir bagai kertas yang putih bersih tanpa noda. Mereka dengan begitu mudah dibentuk seperti apa yang orangtua inginkan. Dari ibu seorang anak belajar arti cinta dan dari ayah ia belajar makna sebuah pengorbanan. Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa anak memiliki kedudukan bagi kedua orang tuanya.
Lima kedudukan itu dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut:

Kamis, 22 Desember 2016

Daftar Isi




Daftar Isi 

Pengertian dan Perkembangan Anak

Orangtua Sebagai Pendidik Pertama Anak

Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak

Kurikulum yang Galau

Inilah Dunia Kami

Memilih Lingkungan Bermain

Anak di Era Digital

Mengatasi Ketergantungan Anak Terhadap Gadget dan Hp

Kisah-Kisah Insfiratif Tentang Orangtua dan Anak
*Tugas KMO