Senin, 26 Desember 2016

Anak




Bab 1
Tentang Anak
A.    Anak dan Kedudukannya dalam padangan Islam
            Dalam sebuah keluarga pasti kehadiran seorang anak akan dinanti-nanti, karena anaklah yang bisa membuat keadaan rumah menjadi ramai dengan tangisan, gelak tawa, dan ocehan-ocehan yang khas. Seorang anak adalah amanah terindah yang Allah SWT berikan kepada sepasang suami istri. Di tangan merekalah seorang anak akan dididik dan diajarkan segala hal, yang baik dan yang buruk.
Anak terlahir bagai kertas yang putih bersih tanpa noda. Mereka dengan begitu mudah dibentuk seperti apa yang orangtua inginkan. Dari ibu seorang anak belajar arti cinta dan dari ayah ia belajar makna sebuah pengorbanan. Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa anak memiliki kedudukan bagi kedua orang tuanya.
Lima kedudukan itu dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut:
1.      Anak Sebagai Ujian Orangtua
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang besar” (Q.S Al-Anfal : 28)
Dalam ayat di atas, dijelaskan bahwa seorang bisa menjadi ujian bagi kedua orangtuanya. Kenapa? Jika kita telaah dengan baik ayat tersebut, anak itu disejajarkan dengan harta. Dan yang namanya harta sangat berharga. Karena anak bisa menjadikan orangtua lalai atau terlena apabila orangtua salah menempatkan cintanya.
Maka kehadiran seorang anak, bisa membuat orangtua semakin dekat dengan Allah SWT atau malah semakin menjauhinya.
2.      Anak adalah Perhiasan Dunia
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan kebijakan yang terus-menerus adalah lebih pahalanya disisi Tuhan-Mu serta lebih baik untuk menjadi harapan (Q.S: Al-Kahf: 46)
Anak sebagai perhiasan dunia, karena bagi sebuah keluarga kehadirannya sebagai sumber keindahan dan kebahagiaan yang selalu dinanti-nantikan. Namun meski begitu, di dalam ayat dijelaskan bahwa mendekatkan diri dan menjalankan ibadah kepada Allah SWT lebih besar pahalanya, daripada dengan mencurahkan rasa sayang dan cinta yang berlebihan kepada anak.
3.      Anak Sebagai Penenang Hati
“Dan orang-orang yang berkata “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Furqan: 74)
Anak sebagai penenang jiwa. Bagaimana tidak, ketika sebuah keluarga dianugerahi seorang anak dalam kehidupan rumahtangga mereka. Saat itulah semangat ayah untuk mencari nafkah semakin meningkat, begitu pun dengan ibu. Setelah bergelut dengan pekerjaan rumah bagi seorang ibu. Dan lelahnya mencari nafkah bagi seorang ayah. Saat melihat senyuman anak yang berbaring di atas kasur. Maka hilanglah rasa lelah itu, berganti dengan sebuah ketenangan karena melihat tatapan sang anak.
4.      Anak Sebagai Musuh
“Hai orang-orang yang beriman! Sesungguuhnya di antara istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampunan, Maha penyayang.” (Q.S At-Taghabun: 14)
Ayat ini menjelaskan, ketika seorang berubah menjadi seseorang yang durhaka. Pada zaman ini, banyak sekali kita lihat. Seorang anak menjadikan orangtuanya seolah-olah pembantu dan tempat penitipan anak. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena kita sebagai orangtua terlalu mencintai anak dan memanjakannya. Sehingga anak tidak merasakan perjuangan yang kedua orangtua mereka lakukan.
5.      Anak adalah Titipan Allah  SWT
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaika-malaikat yang kasar dan keras; mereka tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)
Seorang anak adalah amanah yang harus dijaga oleh orangtua. Karena mereka tak hanya memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dunia sang anak seperti; makan, minum, pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain. Orangtua juga bertanggungjawab atas keselamatan anak-anaknya dari api neraka. Dengan cara memberikan pengetahuan agama pada anak mereka.
            Dari penjelasan ayat-ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa keberadaan dan kehadiran anak sangat berarti bagi kedua orangtuanya. Tak hanya itu, jika kita sebagai orangtua salah dalam mendidik anak, maka anak-anak yang kita harapkan menjadi anak yang shaleh dan shalelah, bisa saja suatu saat berubah menjadi anak yang durhaka. Maka dalam mendidik malaikat-malaikat kecil yang Allah SWT titipkan, harus berhati-hati dan juga harus melihat tahapan-tahapan perkembangan anak. Hingga kita tahu bagaimana cara mendidik mereka sesuai tingkatan usianya, karena psikologi setiap usia yang di alami anak berbeda-beda.
B.     Perkembangan Anak
Seperti yang kita tahu, bahwa setiap makhluk hidup di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Ibaratkan sebuah benih yang pertama kali kita tanam, jika kita perhatikan setiap hari tanaman itu akan tumbuh dan berkembang. Hingga akhirnya jadilah ia sebuah pohon yang  berdiri tegak dan memiliki akar-akar yang kuat.
Begitu pun dengan seorang anak. Ketika ovum dan sperma bersatu, kemudian berubah menjadi embrio lalu berkembang menjadi janin, dan akhirnya menjadi seorang bayi yang lucu. Lalu apa perbedaan antara perkembangan dengan pertumbuhan?
Secara kasat mata perkembangan dan pertumbuhan tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada psikis dan fisik. Kita akan menjelaskan secara detail apa perbedaan antara perkembangan dan pertumbuhan.
a.       Perngertian Perkembangan dan Pertumbuhan
Perkembangan (development) merupakan proses bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang bersifat lebih kompleks dengan pola yang teratur dan dapat diramalkan, hal ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis seperti kemampuan gerak kasar dan halus, intelektual, sosial dan emosional. Misalkan anak pada usia 1 tahun sudah bisa merangkak, bisa memanggik kedua orangtuanya dengan sebutan ‘ayah’ dan ‘ibu, dan lain-lain.
Sedangkan pertumbuhan adalah suatu proses perubahan secara kuantitatif pada anggota tubuh yang terkait dengan besar, jumlah, dan ukuran, yang sebagian besar dapat diamati secara fisik. Seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan lain-lain.
Sudah jelas bahwa antara pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Lalu bagaimana tahapan-tahapan perkembangan yang terjadi pada anak? Secara umum tahapan perkembangan manusia dibagi menjadi 5 yaitu: bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Sedangkan menurut para ahli tahapan perkembangan anak dibagi menjadi, sebagai berikut:
1.      Menurut Aristoteles
Masa perkembangan Aristoletes dibagi menjadi 3 periode. Hal ini dilihat berdasarkan paralelitas perkembangan jasmaniah dengan perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
0-7 tahun, disebut sebagai masa anak kecil, dan masa bermain.
7-14 tahun, masa kanak-kanak, masa belajar, atau masa sekolah rendah (Sekolah Dasar)
14-21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak-menjadi dewasa.
2.      Perkembangan Menurut Johan Amos Comenius
Johan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode perkembangan sebagai berikut:
a.       0-6 tahun, pperiode sekolah-Ibu
b.      6-12 tahun, periode sekolah-bahasa-ibu
c.       12-18 thun, periode sekolah-latin
d.      18-24 tahun, periode Universitas
Itu menurut para pakar dari daerah barat, sedangkan menurut Nabi Muhammad SAW, tahapan perkembangan anak dibagi menjadi 4, antara lain:
a.       Umur anak 0-6 tahun
Pada masa ini, Rasul SAW menyuruh  kita sebagai orangtua untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak terbatas.
b.      Umur anak 7-14 tahun
Pada tahap ini rasa kedisiplinan pada anak mulai ditunjukkan dan  rasa tanggungjawab.
c.       Umur anak 15-21 tahun
Pada tahapan ini kita selaku orangtua harus sudah mulai bisa menempatkan diri sebagai kawan bagi anak-anak kita. Agar mereka tidak canggung untuk membicarakan semua masalahnya.
d.      Umur anak 21 tahun ke atas
Fase ini, masa dimana orangtua sudah mulai memberikan kepercayaaan dan juga kebebasan anak-anaknya untuk memilih jalan hidup sendiri. Namun pasti dengan pantauan orang tua.
Melihat dari semua pendapat di atas, sebenarnya garis besarnya hampir sama. Hanya ada beberapa saja yang membedakan.
            Dalam tahapan perkembangan anak, kita sering mendengar istilah masa keemasan anak (Golden Age). Dimana pada masa ini, perkembangan anak baik psikis atau pun fisik tumbuh dengan pesat. Masa keemasan ini dimulai dari anak usia 1-5 tahun. Makanya orangtua dan guru, harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak pada usia tersebut. Karena apa yang mereka dengar dan lihat, akan langsung terekam dan mereka tiru. Hingga kita harus lebih memberikan pendidikan yang positif. Dan menghindarkan anak-anak kita dari lingkungan yang negatif. Jika kita ingin membentuk seorang anak yang shaleh dan shalelah, maka untuk membentuk itu semua harus dimulai pada masa keemasan ini, agar kita lebih mudah mengarahkannya ketika mereka sudah dewasa. Karena nasehat dan ajaran-ajaran kita ketika usia 1-5 tahun akan terekam dan tersimpan rapi dalam ingatannya.
            Seperti peribahasa”Belajar diwaktu muda bagai melukis di atas batu, sedangkan belajar diwaktu tua bagai melukis di atas air” artinya selagi mereka masih kanak-kanak, kita arahkan mereka ke arah yang positif dan biarkan mereka belajar terus. Karena pelajaran yang mereka dapat akan teringat terus dalam memorinya. Beda lagi kalau kita biarkan anak-anak kita dengan kasih sayang yang berlebih dan memanjakan mereka, membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Nah ketika sudah dewasa, mau kita nasehati pasti mereka tidak akan mendengar. Karena tidak dari kecil kita menasehati dan mengajarkannya. Hingga nasehat-nasehat kita hanya dianggap angin lalu saja.
*Tugas 2 KMO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar