Bab
1
Tentang
Anak
A.
Anak
dan Kedudukannya dalam padangan Islam
Dalam sebuah keluarga pasti
kehadiran seorang anak akan dinanti-nanti, karena anaklah yang bisa membuat keadaan
rumah menjadi ramai dengan tangisan, gelak tawa, dan ocehan-ocehan yang khas.
Seorang anak adalah amanah terindah yang Allah SWT berikan kepada sepasang
suami istri. Di tangan merekalah seorang anak akan dididik dan diajarkan segala
hal, yang baik dan yang buruk.
Anak terlahir bagai kertas yang putih
bersih tanpa noda. Mereka dengan begitu mudah dibentuk seperti apa yang
orangtua inginkan. Dari ibu seorang anak belajar arti cinta dan dari ayah ia
belajar makna sebuah pengorbanan. Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa anak
memiliki kedudukan bagi kedua orang tuanya.
1. Anak
Sebagai Ujian Orangtua
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang besar” (Q.S Al-Anfal : 28)
Dalam ayat di atas,
dijelaskan bahwa
seorang bisa menjadi ujian bagi kedua orangtuanya. Kenapa?
Jika kita telaah dengan baik ayat
tersebut, anak
itu disejajarkan dengan harta. Dan yang namanya harta
sangat berharga. Karena anak bisa menjadikan orangtua lalai atau terlena apabila orangtua salah menempatkan cintanya.
Maka kehadiran seorang anak, bisa membuat orangtua semakin
dekat dengan Allah SWT atau malah semakin menjauhinya.
2.
Anak adalah Perhiasan Dunia
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan kebijakan yang terus-menerus adalah lebih pahalanya disisi Tuhan-Mu
serta lebih baik untuk menjadi harapan (Q.S: Al-Kahf: 46)
Anak sebagai perhiasan dunia, karena bagi sebuah keluarga
kehadirannya sebagai sumber keindahan dan kebahagiaan yang selalu
dinanti-nantikan. Namun meski begitu, di dalam ayat dijelaskan bahwa
mendekatkan diri dan menjalankan ibadah kepada Allah SWT lebih besar pahalanya,
daripada dengan mencurahkan rasa sayang dan
cinta yang berlebihan kepada anak.
3.
Anak Sebagai Penenang Hati
“Dan orang-orang yang berkata “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Furqan: 74)
Anak sebagai penenang jiwa. Bagaimana tidak, ketika sebuah
keluarga dianugerahi seorang anak dalam
kehidupan rumahtangga mereka. Saat itulah semangat ayah untuk mencari nafkah semakin
meningkat, begitu pun dengan ibu. Setelah
bergelut dengan pekerjaan rumah bagi seorang ibu. Dan lelahnya mencari nafkah bagi seorang
ayah. Saat melihat senyuman anak yang berbaring di atas kasur. Maka hilanglah
rasa lelah itu, berganti dengan sebuah
ketenangan karena melihat tatapan sang anak.
4.
Anak Sebagai Musuh
“Hai orang-orang yang beriman! Sesungguuhnya di antara istri
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka),
maka sungguh, Allah Maha Pengampunan, Maha penyayang.” (Q.S At-Taghabun: 14)
Ayat ini menjelaskan, ketika seorang berubah menjadi
seseorang yang durhaka. Pada zaman ini, banyak sekali kita lihat. Seorang anak
menjadikan orangtuanya seolah-olah pembantu dan tempat penitipan anak. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena kita sebagai orangtua terlalu
mencintai anak dan memanjakannya. Sehingga anak tidak merasakan perjuangan yang
kedua orangtua mereka lakukan.
5.
Anak adalah Titipan Allah
SWT
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaika-malaikat yang kasar dan keras; mereka tidak mendurhakai Allah atas apa
yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)
Seorang anak adalah amanah yang harus dijaga oleh orangtua.
Karena mereka tak hanya memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dunia sang anak seperti; makan, minum, pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain. Orangtua juga bertanggungjawab atas keselamatan
anak-anaknya dari api neraka. Dengan cara memberikan pengetahuan
agama pada anak mereka.
Dari penjelasan ayat-ayat di atas, dapat
kita simpulkan bahwa keberadaan dan kehadiran anak sangat berarti bagi kedua
orangtuanya. Tak hanya itu, jika kita sebagai orangtua salah dalam mendidik
anak, maka anak-anak yang kita harapkan menjadi anak yang shaleh dan shalelah,
bisa saja suatu saat berubah menjadi anak yang durhaka. Maka dalam mendidik
malaikat-malaikat kecil yang Allah SWT titipkan, harus berhati-hati dan juga
harus melihat tahapan-tahapan perkembangan anak. Hingga kita tahu bagaimana
cara mendidik mereka sesuai tingkatan usianya, karena psikologi setiap usia
yang di alami anak berbeda-beda.
B.
Perkembangan
Anak
Seperti yang kita tahu, bahwa setiap
makhluk hidup di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Ibaratkan sebuah benih yang pertama kali kita tanam, jika kita perhatikan
setiap hari tanaman itu akan tumbuh dan berkembang. Hingga akhirnya jadilah ia
sebuah pohon yang berdiri tegak dan
memiliki akar-akar yang kuat.
Begitu pun dengan seorang anak. Ketika
ovum dan sperma bersatu, kemudian berubah menjadi embrio lalu berkembang
menjadi janin, dan akhirnya menjadi seorang bayi yang lucu. Lalu apa perbedaan
antara perkembangan dengan pertumbuhan?
Secara kasat mata perkembangan dan
pertumbuhan tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada psikis dan
fisik. Kita akan menjelaskan secara detail apa perbedaan antara perkembangan
dan pertumbuhan.
a. Perngertian
Perkembangan dan Pertumbuhan
Perkembangan (development) merupakan proses bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang bersifat lebih kompleks dengan pola yang teratur dan dapat
diramalkan, hal ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis seperti
kemampuan gerak kasar dan halus, intelektual, sosial dan emosional. Misalkan
anak pada usia 1 tahun sudah bisa merangkak, bisa memanggik kedua orangtuanya
dengan sebutan ‘ayah’ dan ‘ibu, dan lain-lain.
Sedangkan pertumbuhan
adalah suatu proses perubahan secara kuantitatif pada anggota tubuh yang
terkait dengan besar, jumlah, dan ukuran, yang sebagian besar dapat diamati
secara fisik. Seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan lain-lain.
Sudah jelas bahwa
antara pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Lalu bagaimana tahapan-tahapan
perkembangan yang terjadi pada anak? Secara umum tahapan perkembangan manusia
dibagi menjadi 5 yaitu: bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Sedangkan
menurut para ahli tahapan perkembangan anak dibagi menjadi, sebagai berikut:
1.
Menurut
Aristoteles
Masa perkembangan Aristoletes dibagi menjadi 3
periode. Hal ini dilihat berdasarkan paralelitas perkembangan jasmaniah dengan
perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
0-7 tahun, disebut sebagai masa anak kecil, dan masa
bermain.
7-14 tahun, masa kanak-kanak, masa belajar, atau
masa sekolah rendah (Sekolah Dasar)
14-21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa
peralihan dari anak-menjadi dewasa.
2.
Perkembangan
Menurut Johan Amos Comenius
Johan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode
perkembangan sebagai berikut:
a. 0-6
tahun, pperiode sekolah-Ibu
b. 6-12
tahun, periode sekolah-bahasa-ibu
c. 12-18
thun, periode sekolah-latin
d. 18-24
tahun, periode Universitas
Itu menurut para
pakar dari daerah barat, sedangkan menurut Nabi Muhammad SAW, tahapan perkembangan
anak dibagi menjadi 4, antara lain:
a. Umur
anak 0-6 tahun
Pada masa ini, Rasul SAW menyuruh kita sebagai orangtua untuk memanjakan,
mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak terbatas.
b. Umur
anak 7-14 tahun
Pada tahap ini rasa kedisiplinan pada anak mulai
ditunjukkan dan rasa tanggungjawab.
c. Umur
anak 15-21 tahun
Pada tahapan ini kita selaku orangtua harus sudah
mulai bisa menempatkan diri sebagai kawan bagi anak-anak kita. Agar mereka
tidak canggung untuk membicarakan semua masalahnya.
d. Umur
anak 21 tahun ke atas
Fase ini, masa dimana orangtua sudah mulai
memberikan kepercayaaan dan juga kebebasan anak-anaknya untuk memilih jalan
hidup sendiri. Namun pasti dengan pantauan orang tua.
Melihat dari semua pendapat di atas,
sebenarnya garis besarnya hampir sama. Hanya ada beberapa saja yang membedakan.
Dalam tahapan perkembangan anak,
kita sering mendengar istilah masa keemasan anak (Golden Age). Dimana pada masa ini, perkembangan anak baik psikis
atau pun fisik tumbuh dengan pesat. Masa keemasan ini dimulai dari anak usia
1-5 tahun. Makanya orangtua dan guru, harus lebih berhati-hati dalam mendidik
anak pada usia tersebut. Karena apa yang mereka dengar dan lihat, akan langsung
terekam dan mereka tiru. Hingga kita harus lebih memberikan pendidikan yang
positif. Dan menghindarkan anak-anak kita dari lingkungan yang negatif. Jika
kita ingin membentuk seorang anak yang shaleh dan shalelah, maka untuk
membentuk itu semua harus dimulai pada masa keemasan ini, agar kita lebih mudah
mengarahkannya ketika mereka sudah dewasa. Karena nasehat dan ajaran-ajaran
kita ketika usia 1-5 tahun akan terekam dan tersimpan rapi dalam ingatannya.
Seperti peribahasa”Belajar diwaktu muda bagai melukis di atas
batu, sedangkan belajar diwaktu tua bagai melukis di atas air” artinya
selagi mereka masih kanak-kanak, kita arahkan mereka ke arah yang positif dan
biarkan mereka belajar terus. Karena pelajaran yang mereka dapat akan teringat
terus dalam memorinya. Beda lagi kalau kita biarkan anak-anak kita dengan kasih
sayang yang berlebih dan memanjakan mereka, membiarkan mereka melakukan apa
yang mereka mau. Nah ketika sudah dewasa, mau kita nasehati pasti mereka tidak
akan mendengar. Karena tidak dari kecil kita menasehati dan mengajarkannya.
Hingga nasehat-nasehat kita hanya dianggap angin lalu saja.
*Tugas 2 KMO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar