Senin, 09 Januari 2017

Mendidik Anak Ala Rasulullah SAW


Oleh Azizah Noor Qolam
(Alisa Septiyani Azizah)
            Ketika gerbang kehidupan rumahtangga mulai terbuka, dan perjalanan pun terus berjalan seiring waktu. Pasti kehadiran sang buah hati akan dinanti-nantikan. Karena anak menjadikan rumah yang tadinya sepi menjadi ramai dengan gelak tawa dan tangisan. Selain itu anak adalah amanah dari-Nya. Semua orang tentu menginginkan putra-putrinya menjadi pribadi yang baik dan shaleh. Namun sayang sekali, di zaman yang semakin canggih ini, moral anak bangsa menjadi kacau, kriminalitas yang dilakukan anak-anak marak terjadi dimana-mana, dan kenakalan remaja semakin merajalela serta tersebarnya video-video porno yang mudah diakses, perhatian orangtua yang kurang, terlalu banyak bermain gadget hingga tidak fokus pada pelajaran. Bahkan anak yang usianya masih dibawah lima tahun sudah mengetahui hal-hal yang seharusnya hanya orang dewasa yang tahu. 
Pertanyaannya bagaimana bisa begitu? Apakah salah orngtua mendidik anak? Atau pertelevisian yang tidak bisa memilah dan memilih tayangan televisi? Jika seorang anak berperilaku kurang baik, pasti yang akan disalahkan adalah kedua orangtuanya. Sebuah peribahasa mengatakan”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” artinya sifat dan perilaku anak tidak jauh dari kelakuan kedua orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan contoh yang baik. Karena sebenarnya sekolah pertama bagi anak adalah keluarga. Bukan sekolah yang hanya beberapa jam saja.
Kita bisa melihat potret-potret orangtua zaman sekarang, mereka terkadang tidak memberikan perhatian yang lebih pada anak-anaknya. Bahkan terkesan cuek dan membebaskan mereka untuk bergaul dengan siapapun tanpa menyelidiki baik dan buruknya, bermain gadget tanpa ada kontrol, dan banyak lagi hal-hal yang bisa merusak karakter anak. Seperti contoh seorang Ibu membiarkan anaknya yang masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini, menggunakan gadget dan bermain sepuasnya, tanpa berpikir dampak yang diakibatkan dengan alat canggih itu. Hanya agar si anak anteng dan tidak menganggu dia bekerja. Dia tidak tahu bahwa seusia anak itu, belum saatnya menggunakan alat-alat seperti itu. Sebab gadget bisa dengan cepat membuat mata rusak, yang diakibatkan dari radiasi cahayanya. Selain itu bisa juga mengakibatkan pola berpikir anak menjadi kasar disebabkan dari aplikasi mainan tersebut.
Anak itu adalah amanat dari Allah SWT yang benar-benar harus kita pelihara dengan baik. Mereka punya hak dan kewajiban juga. Dan orangtua-lah yang harus merawat, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada annak-anaknya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercaya kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Anfaal:27)
Serta sebuah hadist, Nabi SAW bersabda:
Yang artinya: ”Tiadalah seseorang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin lalu ia wafat dan pada saat kematiannya ia menipu rakyat, melainkan  Allah mengharamkan baginya surga.” ( H.R. Bukhari, jilid XII, halaman 122 dan Muslim, hadist no 142)
Dari ayat Al-Quran dan hadist di atas, sudah jelas bahwa anak adalah ttitipan Allah kepada setiap pasangan suami istri. Maka dari itu kita sebagai orangtua jangan sampai salah mendidik anak, dan memberi contoh yang baik juga.
Kita bisa lihat kesalahan-kesalahan yang sering orangtua lakukan dalam mendidik anak di antaranya :
1.      Menumbuhkan pada diri anak rasa kecil hati, takut, gelisah, dan keluh kesah. Sebagaimana yang kita perhatikan terhadap metode kita dalam mendidik, yaitu selalu menakut-nakuti anak apabila ia menangis, dengan harapan supaya ia diam.
2.      Mendidik anak berbicara dengan tanpa dipikir masak-masak terlebih dahulu, kelancangan (lidah) dan merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dengan alasan agar anak menjadi pemberani.
3.      Mendidik anak dengan dimanja dan hidup tanpa aturan, membiasakan anak hidup mewah, congkak, royal, dan bersukaria. Akibatnya anak tumbuh dan terbiasa hidup mewah egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
4.      “Membuka tangan” untuk anak-anak, bahkan  memberikan kepada mereka segala apa yang diinginkan, tanpa dapat menolak sedikit pun. Sebagai contoh ialah menberikan kepada mereka sesuai yang diinginkan manakala mereka terutama anak-anak kecil menangis di hadapan ayahnya. Oleh karena itu, sering terjadi saat anak meminta sesuatu kepada ayah dan ibunya, jika kedua orangtuanya menolak untuk memberikan apa yang diinginkan, mereka akan menangis sampai apa yang diminta itu dapat diperoleh.
5.      Membelikan mobil kepada anak-anak padahal mereka belum cukup umur untuk memiliki kendaraan itu.
6.      Terlalu bersikap kasar dan keras dari yang sewajar-nya. Jika ada sebuah persoalan orangtua terkadang bertengkar dan meluapkan segala emosi di hadapan anak mereka.Sehingga kejadian itu selalu teringat di memorinya.
7.      Terlalu bersikap kikir terhadap anak. Sebagian orangtua ada yang amat kikir terhadap anak-anaknya melebihi dari sewajarnya, yang menyebabkan mereka selalu merasa kurang dan butuh. Bahkan hal ini bisa mendorong anak-anak untuk mencuri atau meminta kepada orang lain.
8.      Hanya memperhatikan aspek penampilan saja. Banyak di antara orangtua beranggapan bahwa pendidikan yang baik adalah yang hanya membatasi pada makanan yang bergizi, minuman yang segar, pakaian yang mewah, pelajaran yang berprestasi, dan penampilan yang baik dihadapan manusia. Tiadak ada sedikitpun keinginan untuk menumbuhkan sikap keagamaan kepada anak.
9.      Membeda-bedakan (tidak berlaku adil) di antara mereka. Ini merupakan salahasatu kesalahan orangtua yang sering terjadi di masyarakat. Terkadang orangtua membeda-bedakan perhatian antara si sulung dan si bungsu. Bisa kita lihat sendiri, orangtua selalu memanjakan si bungsu ketimbang si sulung. Bahkan perlakuan mereka terhadap si sulung lebih banyak dibebani pekerjaan. Dengan alasan dia adalah anak pertama yang suatu saat nanti, akan menjadi tulang punggung keluarga.
Itulah sepuluh kesalahan dalam mendidik anak, yang membuat mereka menjadi berperilaku kurang baik. Sebab mereka berkaca kepada kelakuan kedua orangtuanya. Maka kita sebagai orang tua harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan bersikap. Apalagi jika anak-anak kita masih dalam usia -0-5 tahun. Di usia itu, masa keemasan mereka, apa yang mereka dengar dan lihat akan langsung bisa terserap dan terpatri jelas dalam memorinya. Bahkan sampai mereka besar pun memori itu masih terekam. Misal; ada seorang ayah yang setiap hari memukul istrinya di depan sang anak yang berusia masih dibawah 5 tahun. Alhasil ketika anak itu beranjak dewasa, kejadian itu masih ia ingat dan mungkin dia akan meniru kelakuan ayahnya.

Maka dari itu, dalam mendidik anak kita harus bercermin kepada Baginda besar kita Rasulullah SAW. Beliau memiliki 7 putra yaitu 3 putra dan 4 putri. Namun sayang sekali ketiga putra beliau wafat ketika masih bayi. Tinggal lah hanya empat putri mereka, yaitu Zainab, Ummu Kulsum, Ruqayyah, dan Fatimah Azzahra. Lalu bagaimana cara Raasulullah SAW mendidik keempat putri mereka. Ada 4 tahapan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mendidik anak:
1.      Umur anak-anak usia 0-6 tahun. Pada masa ini, Rasulullah SAW menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi, dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak terbatas. Tidak boleh memukul anak meski dengan alasan untuk mendidik. Sehingga anak akan lebih dekat dengan orangtua dan merasakan orangtua sebagai bagian dari dirinya saat besar, yang dapat dianggap sebagai teman, dan anak akan merasa aman dalam menjalani masa-masa kecilnya.
2.      Umur anak-anak 7-14 tahun
Pada tahapan ini kita mulai menanamkan sikap disiplin dan tanggungjawab kepada anak-anak. Menurut hadist Abu Daud,”Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah merea karena meninggalkan shaalt ketika berumur sepuluh tahun dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan perempuan).” Pukul itu bukanlah untuk menyiksa, Cuma sekedar untuk mengingatkan mereka.
3.      Umur anak 15-21 tahun
Inilah fase remaja yang penuh dengan sikap memberontak. Pada tahap ini, orangtua harus bisa dekat dengan anak-anak mereka dan menjadi sahabat untuk mereka. banyaklah berbincang-bincang tentang perkara/ masalah yang sedang mereka hadapi. Bagi anak remaja perempuan, kita sebagai orangtua harus bisa menjelaskan tentang kedatanagn ‘Haid’ dan bagaimana perasaan mereka ketika itu. Agar pada saat pertama kali mengalaminya, mereka tidak akan panik dan terkejut. Serta ketika kita tidak setuju dengan apa yang mereka katakan, jangan sekali-kali menghardik atau memarahi mereka.
4.      Umur anak 21 tahun dan ke atas
Fase ini adalah masa ibu dan bapak untuk memberikan sepenuh kepercayaan kepada anak-anak dengan memberi kebebasan dalam membuat keputusan mereka sendiri.
Itulah empat tahapan Rasulullah SAW dalam mendidik anak sangat perlu ditiru. Karena beliau adalah sosok yang menjadi suri tauladan kita dalam segala hal. Selain itu, fase terpenting dalam pertumbuhan setiap anak-anak adalah pada fase yang pertama mengikuti pendidikan Rasulullah SAW seperti di atas. Tahap ini dianggap sangat penting karena dari sejak kecil mereka sudah dididik untuk tahu adab-adab dan juga tentang kerohanian. Termasuk perilaku-perilaku anak-anak yang diberi perhatian dan kasih sayang yang cukup akan membesar dengan penuh keyakinan dan lebih mudah mendengarkan kata. Sebaliknya bagi anak-anak yang kurang diberi perhatian, mereka mudah memberontak dan melakukan perbuatan-perbuatan negatif.
Sebagai orangtua kita harus bijak dalam segala hal, dan ketika anak-anak beranjak dewasa dan mulai ada perasaan dengan lawan jenis. Maka kita harus berusaha untuk bisa menjadi temannya. Agar apa-apa yang mereka rasakan dan alami bisa mereka ungkapkan kepada kita tanpa rasa takut sedikit pun. Orangtua pun mesti menjadi pendengar yang baik, jangan sekali-sekali memarahi/ membentak anak ketika mereka melakukan sebuah kesalahan. Tapi berikan mereka pemahaman dan pengertian akan dampak yang mereka lakukan. Supaya anak merasa nyaman dan merasa memiliki tempat untuk mencurahkan hati. Jangan sampai mereka mencurahkan apa yang mereka alami pada orang yang justru akan menjerumuskan kearah yang buruk. 
Apalagi ditambah teknologi yang begitu mengalami kemajuan yang pesat. Anak-anak begitu mudahnya menggunaan akses-akses seperti internet, facebook, twiter, dan lan-lain. Bahkan mereka menggunakan barang-barang elektronik seperti handphone smartphone, lebih pintar dari pada orang tuanya. Karena kemajuan teknologi ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal, di antaranya:
-          Sejak bangun tidur tidak lepas dari smart phone atau gadget untuk berkomunikasi lewat BB, WA.Line dsb.
-          Bermain video games, digital music players,  video cams
-          Lebih banyak bermain games dari pada membaca.
-          Di atas pukul 20.00 nonton televisi, games, email, internet, pesan pesan di BB, WA, dsb itulah kehidupan mereka.
Perubahan-perubahan di atas sangatlah memprihatinkan orangtua. Apalagi dengan adanya media sosial yang bermunculan seperti Facebook. Anak-anak terkadang lebih banyak menghabiskan waktu dengan medsos yang satu ini. Bahkan mereka lupa waktu-waktu untuk beribadah.
Sebuah survai membuktikan, bahwa penggunakan facebook laki-laki 59,4% dan perempan 40,6%. Sedang kan menurut usia, sebagai berikut:
       18-24 tahun 41.8 %
      11-17 tahun 25.3 %
      25-34 tahun 21.4 %
      35-44 tahun 6.3 %
      < 13 tahun 2 %
      45-54 tahun 1.6 %
+ 65 tahun 1.2 %
Kemudian dampak dari meraja lelanya aplikasi media sosial ini adalah :
      Kecendrungan lebih terbuka dalam berbagi informasi pribadi di dunia maya.
      Banyak memiliki teman baru dan di antaranya mudah percaya dengan orang yang baru dikenalnya lewat jejaring sosial.
      Maka tak heran bila ada di antaranya yang menjadi korban penipuan, pelecehan dan berbagai kejahatan lain yang dilakukan oleh teman “maya”nya.
      Melalui media sosial mereka juga acapkali mengekspresikan diri dengan mengunggah foto atau video kegiatan mereka.
      Selagi itu sesuatu yang positif tentu tak mengapa.
      Lalu bagaimana bila foto atau video yang diunggah tidak patut?
      Bila status, kicauan atau komentar di media sosial dipenuhi oleh cacian dan makian?
      Atau mungkin menjadi korban hujatan, bullying atau korban penipuan yang bersembunyi di balik identitas palsu dengan tampilan foto cantik dan tampan palsu pula. 
Oleh karena itu, untuk menghindari semua dampak yang diakibatkan dari media sosial. Maka kita benar-benar harus mencontoh cara Rasulullah dalam mendidik anak. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Dan orangtualah yang harus menjadi pendengar setia dan memberikan nasihat-nasehat bagi anak-anak remaja mereka, tanpa menggurui. Anggaplah mereka sahabat kita, hingga mereka nyaman dan percaya kepada kita. Lain halnya ketika kita selalu marah-marah, mereka pasti takut untuk mengungkapkan masalah yang sedang mereka alami, terutama pada masa remaja. Mulai detik ini, kita harus berusaha menjadi orangtua yang hebat dan bijak. Sebab generasi bangsa ini menanti kalian untuk mengubah generasi bangsa kearah yang lebih baik. 
*Artikel Tantangan 01 KMO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar