Oleh Azizah Noor Qolam
(Alisa Septiyani Azizah)
Ketika gerbang kehidupan rumahtangga
mulai terbuka, dan perjalanan pun terus berjalan seiring waktu. Pasti kehadiran
sang buah hati akan dinanti-nantikan. Karena anak menjadikan rumah yang tadinya
sepi menjadi ramai dengan gelak tawa dan tangisan. Selain itu anak adalah
amanah dari-Nya. Semua orang tentu menginginkan putra-putrinya menjadi pribadi
yang baik dan shaleh. Namun sayang sekali, di zaman yang semakin canggih ini,
moral anak bangsa menjadi kacau, kriminalitas yang dilakukan anak-anak marak
terjadi dimana-mana, dan kenakalan remaja semakin merajalela serta tersebarnya
video-video porno yang mudah diakses, perhatian orangtua yang kurang, terlalu
banyak bermain gadget hingga tidak fokus pada pelajaran. Bahkan anak yang
usianya masih dibawah lima tahun sudah mengetahui hal-hal yang seharusnya hanya
orang dewasa yang tahu.
Pertanyaannya bagaimana bisa begitu? Apakah
salah orngtua mendidik anak? Atau pertelevisian yang tidak bisa memilah dan
memilih tayangan televisi? Jika seorang anak berperilaku kurang baik, pasti
yang akan disalahkan adalah kedua orangtuanya. Sebuah peribahasa mengatakan”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”
artinya sifat dan perilaku anak tidak jauh dari kelakuan kedua orangtuanya.
Oleh karena itu, orangtua harus memberikan contoh yang baik. Karena sebenarnya
sekolah pertama bagi anak adalah keluarga. Bukan sekolah yang hanya beberapa
jam saja.
Kita bisa melihat potret-potret orangtua
zaman sekarang, mereka terkadang tidak memberikan perhatian yang lebih pada
anak-anaknya. Bahkan terkesan cuek dan membebaskan mereka untuk bergaul dengan
siapapun tanpa menyelidiki baik dan buruknya, bermain gadget tanpa ada kontrol,
dan banyak lagi hal-hal yang bisa merusak karakter anak. Seperti contoh seorang
Ibu membiarkan anaknya yang masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini,
menggunakan gadget dan bermain sepuasnya, tanpa berpikir dampak yang
diakibatkan dengan alat canggih itu. Hanya agar si anak anteng dan tidak
menganggu dia bekerja. Dia tidak tahu bahwa seusia anak itu, belum saatnya menggunakan
alat-alat seperti itu. Sebab gadget bisa dengan cepat membuat mata rusak, yang
diakibatkan dari radiasi cahayanya. Selain itu bisa juga mengakibatkan pola
berpikir anak menjadi kasar disebabkan dari aplikasi mainan tersebut.
Anak itu adalah amanat dari Allah SWT
yang benar-benar harus kita pelihara dengan baik. Mereka punya hak dan
kewajiban juga. Dan orangtua-lah yang harus merawat, mendidik, dan memberikan
kasih sayang kepada annak-anaknya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT:
Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercaya kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Anfaal:27)
Serta sebuah hadist, Nabi SAW bersabda:
Yang artinya: ”Tiadalah seseorang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin lalu ia wafat
dan pada saat kematiannya ia menipu rakyat, melainkan Allah mengharamkan baginya surga.” ( H.R.
Bukhari, jilid XII, halaman 122 dan Muslim, hadist no 142)
Dari ayat Al-Quran dan hadist di atas,
sudah jelas bahwa anak adalah ttitipan Allah kepada setiap pasangan suami
istri. Maka dari itu kita sebagai orangtua jangan sampai salah mendidik anak,
dan memberi contoh yang baik juga.
Kita bisa lihat kesalahan-kesalahan yang
sering orangtua lakukan dalam mendidik anak di antaranya :
1. Menumbuhkan
pada diri anak rasa kecil hati, takut, gelisah, dan keluh kesah. Sebagaimana
yang kita perhatikan terhadap metode kita dalam mendidik, yaitu selalu
menakut-nakuti anak apabila ia menangis, dengan harapan supaya ia diam.
2. Mendidik
anak berbicara dengan tanpa dipikir masak-masak terlebih dahulu, kelancangan
(lidah) dan merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dengan alasan agar
anak menjadi pemberani.
3. Mendidik
anak dengan dimanja dan hidup tanpa aturan, membiasakan anak hidup mewah,
congkak, royal, dan bersukaria. Akibatnya anak tumbuh dan terbiasa hidup mewah
egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
4. “Membuka
tangan” untuk anak-anak, bahkan
memberikan kepada mereka segala apa yang diinginkan, tanpa dapat menolak
sedikit pun. Sebagai contoh ialah menberikan kepada mereka sesuai yang
diinginkan manakala mereka terutama anak-anak kecil menangis di hadapan
ayahnya. Oleh karena itu, sering terjadi saat anak meminta sesuatu kepada ayah
dan ibunya, jika kedua orangtuanya menolak untuk memberikan apa yang
diinginkan, mereka akan menangis sampai apa yang diminta itu dapat diperoleh.
5. Membelikan
mobil kepada anak-anak padahal mereka belum cukup umur untuk memiliki kendaraan
itu.
6. Terlalu
bersikap kasar dan keras dari yang sewajar-nya. Jika ada sebuah persoalan
orangtua terkadang bertengkar dan meluapkan segala emosi di hadapan anak
mereka.Sehingga kejadian itu selalu teringat di memorinya.
7. Terlalu
bersikap kikir terhadap anak. Sebagian orangtua ada yang amat kikir terhadap anak-anaknya
melebihi dari sewajarnya, yang menyebabkan mereka selalu merasa kurang dan
butuh. Bahkan hal ini bisa mendorong anak-anak untuk mencuri atau meminta
kepada orang lain.
8. Hanya
memperhatikan aspek penampilan saja. Banyak di antara orangtua beranggapan
bahwa pendidikan yang baik adalah yang hanya membatasi pada makanan yang
bergizi, minuman yang segar, pakaian yang mewah, pelajaran yang berprestasi,
dan penampilan yang baik dihadapan manusia. Tiadak ada sedikitpun keinginan
untuk menumbuhkan sikap keagamaan kepada anak.
9. Membeda-bedakan
(tidak berlaku adil) di antara mereka. Ini merupakan salahasatu kesalahan
orangtua yang sering terjadi di masyarakat. Terkadang orangtua membeda-bedakan
perhatian antara si sulung dan si bungsu. Bisa kita lihat sendiri, orangtua
selalu memanjakan si bungsu ketimbang si sulung. Bahkan perlakuan mereka
terhadap si sulung lebih banyak dibebani pekerjaan. Dengan alasan dia adalah
anak pertama yang suatu saat nanti, akan menjadi tulang punggung keluarga.
Itulah
sepuluh kesalahan dalam mendidik anak, yang membuat mereka menjadi berperilaku
kurang baik. Sebab mereka berkaca kepada kelakuan kedua orangtuanya. Maka kita
sebagai orang tua harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.
Apalagi jika anak-anak kita masih dalam usia -0-5 tahun. Di usia itu, masa
keemasan mereka, apa yang mereka dengar dan lihat akan langsung bisa terserap
dan terpatri jelas dalam memorinya. Bahkan sampai mereka besar pun memori itu
masih terekam. Misal; ada seorang ayah yang setiap hari memukul istrinya di
depan sang anak yang berusia masih dibawah 5 tahun. Alhasil ketika anak itu
beranjak dewasa, kejadian itu masih ia ingat dan mungkin dia akan meniru
kelakuan ayahnya.