Oleh Azizah Noor Qolam
Sebelum
perjumpaan kita berlangsung. Aku selalu berharap, suatu saat nanti ada
seseorang yang meminangku dan bisa menerimaku apa adanya. Terutama dengan
statusku yang tak satu pun perempuan menginginkannya. Seperti halnya Rasulullah
SAW yang menerima Khadijah dengan tulus dan sepenuh hati.
Entah kebetulan atau tidak?
Atau mungkin ini semua sudah suratan takdir dari Yang Mahakuasa. Kau datang
ditemani tiga sahabatmu untuk menjalin sebuah perkenalan atau sering disebut
ta’arufan denganku, yang bertujuan untuk menikahiku. Antara percaya dan tidak
percaya. Kau benar-benar datang dan berdiri dihadapanku. Seseorang yang tak
pernah aku kenal sebelumnya. Seseorang yang asing untukku. Kala itu aku tidak
ingat akan doaku. Namun ketika aku menyadari kalau nama depanmu adalah Ahmad .
Seperti dalam sejarah bahwa Ahmad adalah sebutan untuk Nabi Muhammad SAW. Dari
sana aku merasakan, beta kuasa Allah itu besar. Dia benar-benar mendengarkan
doaku. Hingga kau datang kembali untuk meminangku. Padahal aku sudah
benar-benar pasrah saat itu. Pasrah menerima semua kenyataan yang akan terjadi.
Termasuk sebuah penolakan.